Back

Kurs Rupiah Indonesia masih Lemah di 16.606, Pasar Keuangan RI Libur Sementara

Rupiah Indonesia (IDR) ditutup di 16.606 terhadap Dolar AS (USD) dalam perdagangan semalam. Pasangan mata uang USD/IDR sempat menyentuh level terendah di 16.509 pada hari Kamis, melemah 0,12%. Saat ini, pasar keuangan Indonesia tutup karena libur panjang Hari Raya Nyepi dan Idul Fitri, dan akan kembali dibuka pada 8 April. Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) bertahan di atas level 104, pada saat berita ini ditulis.

Dampak Pelemahan Rupiah dan Penurunan Impor

Pelemahan Rupiah Indonesia yang terlihat sejak September 2024, berpotensi berdampak pada sektor manufaktur dan daya beli masyarakat. Pada Januari-Februari 2025, impor barang konsumsi turun sekitar 10,6% dibandingkan tahun sebelumnya.

Salah satu penyebabnya adalah banyaknya produsen yang sudah melakukan pembelian besar-besaran di akhir 2024, mengantisipasi kenaikan pajak. Di awal 2025, konsumsi melemah, yang tercermin dalam data BPS terkait penurunan impor, seperti yang dilansir dari Kompas.

Ekonom pun mendesak Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas Rupiah. Pelemahan kurs bisa berdampak buruk pada sektor manufaktur dan daya beli masyarakat. Meskipun kondisi ekonomi lebih baik dibandingkan krisis 1998, stabilitas nilai tukar tetap menjadi tantangan. Penurunan suku bunga juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan pemerintah.

Tarif Trump dan Dampaknya pada Ekonomi Global

Perdagangan global masih dibayangi kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Kenaikan tarif diprakirakan berdampak besar pada ekonomi AS, karena biaya tambahan akan ditanggung oleh importir dan kemungkinan besar dibebankan kepada konsumen, sehingga daya beli rumah tangga bisa turun.

Dalam kebijakan moneter, Presiden Federal Reserve Minneapolis, Neel Kashkari, menyarankan agar The Fed tetap mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50%. Menurutnya, kebijakan Trump bisa mendorong inflasi, yang mungkin memicu kenaikan suku bunga, tetapi juga bisa memperlambat ekonomi, yang justru akan mendorong pelonggaran moneter. Ia menyebut kedua faktor ini "kurang lebih saling mengimbangi."

Pekan depan, kenaikan tarif terbesar diprakirakan berasal dari berakhirnya pengecualian impor dari Meksiko dan Kanada, yang akan dikenai tarif atas barang senilai USD 428 miliar. Trump juga mengumumkan bahwa tarif 25% untuk mobil dan suku cadang akan mulai berlaku pada 2 April.

Meski mobil dan suku cadang yang memenuhi ketentuan USCMA dikecualikan, kebijakan ini tetap mencakup hampir semua impor lainnya, memperberat beban tarif yang sudah ada. Meksiko, yang memasok sekitar setengah dari total impor mobil AS, akan terkena dampak paling besar.

Data Ekonomi AS: PDB dan PCE Kuartal 4, serta Klaim Tunjangan Pengangguran

Data terbaru menunjukkan bahwa PDB tahunan AS naik tipis menjadi 2,4%, sedikit lebih tinggi dari sebelumnya 2,3%. Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) tetap stabil di 2,4%, sementara PCE inti turun sedikit ke 2,6% dari 2,7%.

Klaim tunjangan pengangguran mingguan turun menjadi 224.000, lebih baik dari prakiraan 225.000, meskipun naik sedikit dari 223.000 sebelumnya. Sementara itu, Klaim Tunjangan Lanjutan turun ke 1,856 juta, lebih rendah dari prakiraan 1,900 juta dan angka minggu sebelumnya sebesar 1,892 juta.

Fokus Investor: Data Indeks Harga PCE AS Bulan Februari

Investor kini menantikan rilis data PCE AS untuk bulan Februari pada Jumat, hari ini. Namun, dampaknya terhadap kebijakan suku bunga The Fed kemungkinan terbatas, karena arah kebijakan moneter masih sangat dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi Trump.

Menurut TD Securities, harga PCE inti diprakirakan naik 0,3% m/m lagi, kenaikan dalam dua bulan berturut-turut, sementara inflasi PCE utama kemungkinan lebih rendah di 0,28%. Secara tahunan, inflasi PCE inti diprediksi naik tipis 0,1% menjadi 2,7%. Belanja pribadi juga diprakirakan mulai pulih setelah sempat mengalami kontraksi pertama sejak Maret 2023.

Indikator Ekonomi

Belanja Konsumsi Perorangan Inti - Indeks Harga (Thn/Thn)

Belanja Konsumsi Perorangan (Personal Consumption Expenditures/PCE) Inti, yang dirilis oleh Biro Analisis Ekonomi, mengukur perubahan nilai semua barang dan jasa yang dibeli oleh penduduk AS pada periode tertentu, tidak termasuk komponen makanan dan energi yang lebih fluktuatif. Data triwulanan dirilis dalam laporan Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih luas. Data tersebut merupakan proksi untuk belanja konsumen, pendorong utama ekonomi AS. Secara umum, pembacaan yang tinggi dianggap sebagai bullish bagi Dolar AS (USD), sementara pembacaan yang rendah dianggap sebagai bearish.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Jum Mar 28, 2025 12.30

Frekuensi: Bulanan

Konsensus: 2.7%

Sebelumnya: 2.6%

Sumber: US Bureau of Economic Analysis

Setelah menerbitkan laporan PDB, Biro Analisis Ekonomi AS merilis data Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bersama dengan perubahan bulanan dalam Pengeluaran Pribadi dan Pendapatan Pribadi. Pembuat kebijakan FOMC menggunakan Indeks Harga PCE Inti tahunan, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, sebagai pengukur utama inflasi mereka. Pembacaan yang lebih kuat dari perkiraan dapat membantu USD mengungguli para pesaingnya karena akan mengisyaratkan kemungkinan pergeseran hawkish dalam panduan ke depan The Fed dan sebaliknya.

 

Prakiraan Harga NZD/USD: Bisa Menembus di Bawah EMA 50 Hari Menuju Support 0,5700

Pasangan mata uang NZD/USD telah mengoreksi kembali kenaikan terbarunya dari sesi sebelumnya, melayang di sekitar 0,5710 selama perdagangan awal Eropa pada hari Jumat
อ่านเพิ่มเติม Previous

Belanja Konsumen (Bulanan) Perancis Februari di Bawah Prakiraan 0.3%: Aktual (-0.1%)

Belanja Konsumen (Bulanan) Perancis Februari di Bawah Prakiraan 0.3%: Aktual (-0.1%)
อ่านเพิ่มเติม Next