Kurs Rupiah Indonesia Tetap Datar di Sekitar 16.867, Investor Masih Optimis di Tengah Ketidakpastian Global
- Rupiah Indonesia bergerak di kisaran 16.760-16.900 per USD, dipengaruhi meredanya kekhawatiran akan perang tarif.
- Harapan pelonggaran kebijakan lebih agresif oleh The Fed belum mampu mendorong penguatan USD.
- Investor tetap optimis, meskipun ketidakpastian hubungan dagang AS-Tiongkok masih berlanjut.
Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) bergerak dalam kisaran yang lebih lebar pada 16.760-16.900 per Dolar AS (USD) pada perdagangan hari Senin ini. Pasangan mata uang USD/IDR diperdagangkan di level 16.867 saat berita ini ditulis, lebih tinggi daripada penutupan hari Jumat lalu yang tercatat di 16.829 karena berkurangnya kekhawatiran akan eskalasi perang tarif.
Indeks Dolar AS (DXY) pada saat ini masih diperdagangkan di bawah level psikologis 100, yang tengah bergerak di 99,70. Tampaknya masih bergerak sideways antara level 99,20-10 sejak Rabu pekan lalu.
Harapan terhadap pelonggaran kebijakan yang lebih agresif oleh Federal Reserve (The Fed) belum mampu mendorong Dolar AS (USD) untuk mencatatkan pemulihan yang kuat dari posisi terendah dalam beberapa tahun terakhir.
Sorotan dari Pertemuan Musim Semi IMF–World Bank
Pada Pertemuan Musim Semi IMF dan World Bank (22–26 April 2025) di Washington D.C., Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani memimpin delegasi Indonesia. Bank Indonesia menekankan tiga hal utama: penguatan peran IMF dalam mendukung perdagangan bebas, komitmen ASEAN terhadap perdagangan multilateral berbasis aturan, serta dukungan terhadap pengawasan IMF melalui Integrated Policy Framework (IPF) dan penguatan jaringan pengaman keuangan global.
Dalam pertemuan G20, negara-negara anggota sepakat mempererat kerja sama menghadapi tantangan global, membahas isu seperti dampak tarif AS, reformasi MDB, keberlanjutan utang, dan mendorong pertumbuhan di negara berkembang, khususnya Afrika. IMF melalui Agenda Kebijakan Global merekomendasikan penyelesaian konflik dagang, penguatan stabilitas fiskal dan moneter, serta percepatan reformasi struktural.
Sementara itu, Survei Perbankan Bank Indonesia menunjukkan kredit baru pada triwulan I 2025 tetap tumbuh positif dengan SBT 55,07%, meski lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2025, penyaluran kredit baru diprakirakan meningkat dengan SBT prakiraan 81,99%.
Hubungan Dagang AS–Tiongkok
Pada hari Minggu, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyampaikan bahwa ia tidak mengetahui apakah Presiden Donald Trump telah melakukan perundingan dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping. Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya telah bertemu dengan sejumlah pejabat Tiongkok pada pekan sebelumnya, namun tidak membahas isu tarif dalam pertemuan tersebut.
Sementara itu, pihak Tiongkok secara konsisten menepis klaim adanya negosiasi perdagangan dengan AS. Situasi ini mengurangi harapan akan meredanya ketegangan dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia, dan diprakirakan dapat memperkuat posisi Yen Jepang sebagai aset safe-haven pada awal pekan ini.
Walaupun terdapat ketidaksesuaian informasi yang beredar, para investor tetap menunjukkan optimisme terhadap kemungkinan meredanya ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Pertanyaan Umum Seputar TARIF
Meskipun tarif dan pajak keduanya menghasilkan pendapatan pemerintah untuk mendanai barang dan jasa publik, keduanya memiliki beberapa perbedaan. Tarif dibayar di muka di pelabuhan masuk, sementara pajak dibayar pada saat pembelian. Pajak dikenakan pada wajib pajak individu dan perusahaan, sementara tarif dibayar oleh importir.
Ada dua pandangan di kalangan ekonom mengenai penggunaan tarif. Sementara beberapa berpendapat bahwa tarif diperlukan untuk melindungi industri domestik dan mengatasi ketidakseimbangan perdagangan, yang lain melihatnya sebagai alat yang merugikan yang dapat berpotensi mendorong harga lebih tinggi dalam jangka panjang dan menyebabkan perang dagang yang merusak dengan mendorong tarif balas-membalas.
Selama menjelang pemilihan presiden pada November 2024, Donald Trump menegaskan bahwa ia berniat menggunakan tarif untuk mendukung perekonomian AS dan produsen Amerika. Pada tahun 2024, Meksiko, Tiongkok, dan Kanada menyumbang 42% dari total impor AS. Dalam periode ini, Meksiko menonjol sebagai eksportir teratas dengan $466,6 miliar, menurut Biro Sensus AS. Oleh karena itu, Trump ingin fokus pada ketiga negara ini saat memberlakukan tarif. Ia juga berencana menggunakan pendapatan yang dihasilkan melalui tarif untuk menurunkan pajak penghasilan pribadi.